Blitar, Harian Forum.com- Bazar Jadoel Kota Blitar, sebuah perhelatan rutin yang diselenggarakan pemerintah kota Blitar setiap tahun, yang mana pada tahun ini digelar tanggal 18 hingga 22 Juni 2025 diikuti Industri Kecil Menengah (IKM) dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), serta stand – stand dari berbagai institusi pemerintah maupun swata.
Bazar Jadoel Kota Blitar diharapkan menjadi event besar yang dikenal masyarakat secara luas tidak hanya sebatas media promosi dan penjualan produk yang efektif, akan tetapi merupakan produk wisata yang menarik bagi pengunjung dari luar daerah untuk lebih mengenal potensi produk unggulan yang dimiliki kota Blitar.
Bazar Jadoel Kota Blitar 2025 dibuka pada Rabu ( 18/6) oleh wakil presiden Gibran Rakabuming Raka, sehari sebelumnya terjadi aksi protes dari sejumlah pedagang kaki lima ( PKL ) terkait adanya beban biaya sewa stand penjualan dan meminta dapatnya bisa berjualan di dalam bazar. Para pedagang kaki lima yang melakukan aksi, merupakan warga lokal menjual makanan dan minuman ringan, merasa keberatan apabila diharuskan membayar biaya stand yang dinilainya terlalu tinggi. Menyikapi adanya aksi tersebut, Walikota Blitar Syauqul Muhibin tidak menunggu waktu lama langsung turun menemui aksi para pedagang kaki lima untuk mendengar aspirasi serta membuka ruang dialog hingga diambilnya keputusan tegas, bahwasanya para pedagang kaki lima lokal mendapat stand dan bisa berjualan di bazar Blitar jadoel, tanpa dipungut biaya.
Namun begitu tidak semua pedagang kaki lima di kota Blitar ingin berjualan di dalam area bazar, salah satunya Robi warga kelurahan Kauman, kecamatan Kepanjenkidul kota Blitar, yang sehari-harinya menjajakan es pleret, mengaku tidak tertarik berjualan di dalam area bazar.Bahkan ditanya adanya polemik protes pedagang kaki lima, Robi tidak mengetahui sama sekali.Diungkapkan kepada Kepada Harian Forum.com, bahwa es pleret miliknya merupakan warisan turun temurun sejak tahun 1980 an yang dirintis oleh kakeknya dengan lokasi berjualan tetap disekitar alon – alon kota Blitar seperti pada saat ini, tepatnya di jalan Masjid kota Blitar.
Ditanya adanya pengaruh omset penjualan dengan digelarnya bazar, Robi menuturkan terjadi penurunan penjualan pada tahun yang lalu, namun untuk tahun ini dirinya merasa optimis ada peningkatan.
“Saya orang sini nggak tahu malah saya tahunya dari jenengan. Soalnya dari dulu jualannya disini terus, tidak pernah ikut – ikutan kedalam, nggak tahu yang didalam banyak orang sini atau banyak orang luar, saya juga tidak tahu. Tapi untuk orang yang berjualan disini itu tidak ada yang jualan di dalam, tetap disini tidak pernah masuk. Kalau untuk es pleret sendiri, saya berjualan es pleret setiap hari kalau kondisi seperti ini kayak lotre, malah tahun kemarin sepi pembeli. Tapi tahun ini semoga saja, ini hari pertama hari bagus semoga terus bagus,” tutur Robi dengan tertawa.(Ans).