Inovasi Pertanian Digital: Hari Langit Sukses Budidaya Melon di Blitar dengan Teknologi Presisi

Berita58 Dilihat

Blitar, JendelaDesa.com – Pada panen saat ini, Hari Langit mengambil hasil budidaya buah melon varietas Yuki Lady dan Alisha.Di green housenya, melon varietas Yuki Lady kulit dan daging buah berwarna putih kehijauan, polos, renyah, rasanya manis, dan varietas melon Alisha, kulit warna kuning kemerahan, tanpa jala, daging buah berwarna oranye, dengan tekstur lembut dan rasanya manis, berhasil dibudidayakan dengan baik meskipun dalam kondisi “salah mongso” atau cuaca yang tidak menentu.

Dikemukakan ketua komunitas petani “Swargo Petani Sabdo Langit”, memperoleh hasil dari budidaya buah melon bukan pertama kalinya. Beberapa varietas melon yang telah dikembangkan Hari Langit tidak hanya di lahan dalam bangunan transparan, akan tetapi dirinya juga membudidayakan di hamparan atau lahan terbuka. Menariknya, budidaya buah berasal dari Persia atau Mediterania, dilakukan tidak semata pada profit oriented, akan tetapi visi edukasi pengembangan pertanian dengan penggunaan dan pemanfaatan teknologi pertanian digital, diarahkan kepada generasi muda untuk lebih tertarik menjadi petani.

Memaparkan kepada Harian Forum.com, (27/9) Hari Langit dalam mengembangkan pertanian minim teori, dan lebih cenderung melakukan praktik secara langsung dibarengi inovasi – inovasi seni bertani, dengan membuat rancangan teknologi digital pertanian presisi, salah satunya teknologi fertigasi tetes.

“Yang kita fokuskan saat ini bagaimana mengembangkan teknologi presisi air dan pupuk.Penanaman kedepannya, kita menerapkan sistem digital untuk kebutuhan irigasi dan pemupukan secara otomatis yang tepat sasaran serta jumlah yang dibutuhkan tanaman sesuai. Dengan menerapkan teknologi digital, optimalisasi nutrisi tercapai dan diharapankan dengan pemanfaatan teknologi pertanian presisi digital, nantinya bisa efisien hingga menurunkan biaya produksi,” ungkap Heri Langit, dengan menambahkan bahwasanya dirinya membuka bagi para petani muda menggunakan lahan pertaniannya untuk Sekolah Lapang atau SL.

“Begitu ada kemauan, disitu ada jalan, bertemunya kami dengan mas Siwi dari IPB, mudah – mudahan bisa memotivasi untuk para petani muda. Saat ini teknologi pertanian yang sudah kami rancang, bisa disempurnakan dengan inovasi – inovasi yang menjadi daya tarik bagi petani muda, bukan tertarik dengan pertaniannya, akan tetapi lebih kearah teknologinya. Salah satunya teknologi yang kami terapkan fertigasi tetes, merupakan metode pemupukan yang menggabungkan penyiraman dan pemupukan sekaligus,” tambahnya.

Apa yang menjadi pemikiran Hari Langit, tidak berbeda dengan pendapat yang disampaikan Mahmudi Siwi, S.P., M.Si, dari Institut Pertanian Bogor University yang meluangkan waktunya untuk mengunjungi green house tanaman melon komunitas petani Swargo Petani Sabdo Langit di desa Gogodeso, kecamatan Kanigoro, kabupaten Blitar. Mahmudi Siwi menuturkan, teknologi pertanian menjadi solusi dengan persoalan yang dihadapi dalam dunia pertanian pada saat ini. Dalam pandangannya, pemanfaatan teknologi Internet of Things ( IoT ) sangat membantu petani dalam proses produksi secara optimal, meningkatkan efisiensi sehingga biaya bisa diminimalisir, dan mampu meningkatkan hasil panen serta menghasilkan produk yang berkualitas.

“Kalau sekarang banyak berkembang teknologi digital, petani harus mulai adaptif dengan teknologi itu. Fungsinya efisiensi input, maka kemanfaatan petani bertambah. Sekarang sistemnya banyak, misalnya Iot bagaimana dengan semakin berkurangnya tenaga petani, dengan teknologi bisa mengolah lahan yang luas. Ketika kita memanfaatkan teknologi, generasi petani yang melambat akan bisa menutup kebutuhan, dan memang adanya teknologi sangat membantu petani,” tuturnya.

“Saat ini teknologi menjadi ” mainan baru ” di dalam pertanian bagi generasi muda, karena generasi muda sekarang merupakan digital native, dimana generasi lahir teknologinya sudah terlahir.Ketika kita menawarkan kepada generasi muda sekarang, bukan bagaimana budidayanya, akan tetapi bagaimana teknologi yang dikembangkan,” pungkas Mahmudi Siwi, S.P., M.Si, dari departemen sains dan pengembangan masyarakat, fakultas ekologi manusia, Institut Pertanian Bogor University.(Ans).