Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Dorong Kabupaten Blitar Jadi Sekolah Iklim Nasional

Berita55 Dilihat
https://jendeladesa.com/wp-content/uploads/2025/10/WhatsApp-Image-2025-10-22-at-12.50.30.jpeg

Blitar, JendelaDesa.com – Menghadapi La Nina yang diprediksi terjadi pada akhir tahun 2025 dan awal 2026, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementrian Pertanian sudah melakukan antisipasi dan mitigasi dengan mencetuskan program Gerakan Penanganan Dampak Perubahan Iklim ( Gernang DPI ), sesuai dengan arahan menteri pertanian. Penjelasan antisipasi terhadap La Nina disampaikan Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Ardi Praptono, S.P., M.Agr, usai acara Temu Lapang Petani ( FFD ), Penerapan Pengelolaan Hama Terpadu ( PHT ) Kelompok Tani Tugu Makmur, Selasa (21/10) dengan menambahkan La Nina mempunyai khas dengan hujan lebat yang mempunyai pengaruh hasil produksi komoditas tanaman pertanian.

Pada perhelatan Temu Lapang Petani yang dihadiri bupati Blitar beserta Forum Komunikasi Pimpinan Daerah ( Forkopimda ), organisasi perangkat daerah ( OPD ) di pemerintahan kabupaten Blitar, dan pemerintahan desa serta kelompok tani, Adi Praptono menyampaikan melimpahnya air hujan bisa menyebabkan kelebihan air pada tanaman pertanian hingga mengakibatkan gagal panen. Dengan menghitung dampak yang ditimbulkan La Nina, Ardi menuturkan sebagai langkah antisipasi salah satunya melakukan kerjasama dengan Kementrian Pekerjaan Umum dan provinsi untuk perbaikan irigasi.

“Kita dari direktorat jenderal tanaman pangan sudah mengantisipasi dan memitigasi dengan program – program terutama kedepan dengan gerakan penanganan dampak perubahan iklim (Gernang DPI). Kita sudah memberi kesempatan kepada daerah untuk bisa mengambil gerakan ini. Dengan gerakan ini tentunya kedepannya kita bisa mengantisipasi terutama
dampaknya adalah banjir, dan salah satunya dengan perbaikan irigasi bekerjasama dengan kementrian pekerjaan umum dan provinsi. Jangan sampai padi yang sudah ditanam tergenang air dan tidak bisa dipanen. Kita sudah antisipasi sesuai arahan pak menteri, dalam kesempatan awal ini kita sudah menyiapkan beberapa titik – titik yang kita gunakan antisipasi perubahan iklim.” jelasnya kepada HarianForum.com.

Melihat kabupaten Blitar memiliki tanaman pangan, hortikultura hingga tanaman perkebunan, alumni Fakultas Pertanian IPB menandaskan, perlunya para petani di kabupaten Blitar mempunyai pengetahuan tentang iklim yang nantinya digunakan untuk mengambil keputusan yang strategis dalam menentukan tidak hanya masa tanam, akan tetapi juga memilih varietas tanaman serta pengendalian hama.

“Kementrian pertanian tidak hanya bicara padi, tetapi juga tanaman horti dan perkebunan. Saya melihat Blitar itu lengkap, dan ini juga bagian dari komoditi yang kita sampaikan dengan dampak perubahan iklim. Tadi saya sampaikan kepada pak bupati, kita berharap nantinya Blitar sebagai salah satu tempat sekolah iklim, selain terkait dengan dampak perubahan iklim juga dengan manajemen tanaman sehat. Jadi nantinya petani – petani diberi pengetahuan untuk antisipasi iklim, bisa membaca prediksi cuaca untuk antisipasi perubahan iklim.” tandas Ardi Praptono

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Blitar Ir. Setiyana, MM hadir pada acara yang diselenggarakan di lapangan desa Popoh, kecamatan Wlingi, kabupaten Blitar, dalam memberikan pendapatnya bahwa kelompok tani Tugu Makmur, merupakan kelompok petani yang bisa dijadikan percontohan dalam pengendalian hama terpadu dengan menambahkan, kedepannya apa yang dilakukan kelompok tani Tugu Maknur bisa diterapkan dengan menyampaikan ke kelompok tani atau para petani yang lainnya. Ir Setiyana juga menerangkan, “selain pengendalian hama terpadu ( PHT ), sertifikasi pertanian organik untuk memastikan suatu produk dihasilkan sesuai standar pertanian organik, juga penting.”

Terkait Tugu Makmur, kelompok petani yang bisa dijadikan sebagai percontohan pengendalian hama terpadu, dimana dalam penyampaiannya bisa dilakukan dengan cara getok tular ke yang lainnya. “Kita berharap program kedepan, untuk petani – petani di Blitar bisa mengikuti, dan itu sangat penting. Selain PHT, sertifikasi tanaman pertanian menggunakan organik dan mengurangi anorganik juga penting, dengan tujuan agar tanah – tanah bisa sehat kembali, sehingga out put yang dihasilkan oleh tanaman itu juga sehat. Nantinya kita terus selalu menggaungkan, agar kelompok tani atau gapoktan di setiap kecamatan hal seperti ini harus ada yang menerapkan.” terang Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Blitar, Ir. Setiyana, MM.(Ans).