Tulungagung, HarianForum.com -Warung kopi masih tetap menjadi ruang publik tidak hanya untuk sekedar melepas kepenatan, akan tetapi bisa menjadi media diskusi atau sekedar berbincang dalam suasana keakraban. Seiring bergesernya waktu, warung kopi yang dulunya indentik dengan tempat yang sederhana, saat ini mengalami perubahan dengan berjalannya waktu, tempat menikmati minuman kopi menjadi lebih menarikdan menyenangkan. Meski begitu perubahan suasana tidak menghilangkan esensi tradisi minum kopi.
Menengok 30 tahun kebelakang, kebiasaan minum kopi di nusantara menjadi sebuah tradisi bagi sebagian besar tuan rumah untuk menyambut tamunya. Minuman yang sangat familier di masyarakat ratusan tahun yang lalu, minuman kopi di masyarakat mataraman wetan biasa menyebut wedang kopi, sebelum tersajikan setidaknya melalui proses panjang. Mulai dari pengupasan kulit dan pengeringan, menyangrai hingga dihaluskan menjadi bubuk, minuman pertama kali ditemukan kurang lebih 850 M oleh bangsa Etiopia, dahulunya minuman kopi dilakukan orang yang sudah dewasa hingga usia lanjut.
Muzaiyin, lebih dari 15 tahun menggeluti dunia kopi mulai dari bisnis kopi mentah ( glondong ), meracik, memasarkan dalam bentuk kemasan siap seduh maupun dengan kemasan berbagai takaran di warung-warung kopi di wilayah Tulungagung, hingga mempunyai kemampuan roasting kopi. Menangkap peluang pasar yang masih terbuka, dengan berbekal niat serta pengalaman, saat ini Ayin panggilan Muzaiyin membuka kios,” Juwalan Kopi Bubok Semar ” berlokasi di Jl Su Tan Syahrir, kelurahan Botoran, kecamatan Tulungagung.
“Sekarang ngopi bukan lagi tradisi milik orang dewasa saja, tapi kita bisa lihat warung kopi mengikuti gaya kekinian mengikuti keinginan anak muda, menjadi tempat berkumpul. Melihat kebiasaan ngopi terus meningkat, bahkan bisa dikatakan hampir menjadi kebutuhan masyarakat, terutama sebagian besar anak muda. Saya berfikir perlunya menyediakan bubuk kopi untuk menyuplai warung kopi atau cafe,” ujarnya.
Ditanya banyaknya jenis kopi beredar yang ditawarkan kepada konsumen, alumni 87 SMPN 1 Tulungagung ini mengungkapkan menurutnya jenis kopi yang ditawarkan di warung-warung kopi mungkin satu jenis, namun terdapat berbagai kopi instan dengan rasa serta kafeinnya, meski ada beberapa warung kopi kaki lima yang menawarkan jenis robusta maupun arabika, dengan varietas kopi toraja, kopi Lampung, kopi Bali Kintamani, kopi Aceh Gayo bahkan terdapat beberapa varietas yang didatangkan dari manca negara.
“Disini menjual bubuk kopi jenis robusta, dan 100 persen murni. Karena dari pengalaman, banyak penggemar kopi yang menyukai jenis ini, mungkin karena mempunyai kadar kafein yang tinggi, sehingga mempunyai cita rasa tersendiri.Kami siap melayani permintaan,” ungkap Muzaiyin.(Ans)