Tradisi Metri Kirim Dawuhan di Kali Putih Blitar, Petani Keluhkan Air Irigasi Tercemar Tambang Pasir

Berita53 Dilihat

Blitar, JendelaDesa.com – “Tradisi Metri Kirim Dawuhan Buka Gilir Petani Kaliputih”, merupakan tradisi yang mengandung makna penyampaian rasa syukur atas pemberian Tuhan, serta sebagai media permohonan dapatnya selalu diberikan keselamatan, kelancaran, keamanan serta kesehatan, yang dibarengi dengan membersihkan saluran air di sawah. Antusias ratusan masyarakat dari kecamatan Garum, Gandusari, Talun dan Kanigoro yang mengikuti acara, terlihat sejak pagi telah memadati lokasi, menjadi isyarat bahwa alam harus tetap mendapat penghormatan dan sangat perlunya terus terjaganya harmonisasi antara manusia, konservasi lingkungan sumber air serta pelestarian budaya.

Acara yang diselenggarakan di hulu sumber mata air Kaliputih, desa Slorok, kecamatan Garum, kabupaten Blitar, Bupati Blitar dan beberapa pimpinan OPD, anggota DPRD Kabupaten Blitar, Dewan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Timur, Forkopimcam, tokoh masyarakat, penggiat lingkungan serta elemen masyarakat lainnya, tampak hadir dalam perhelatan tradisi lokal yang digelar pada Selasa (23/9).

Supriono, Wakil Ketua Koalisi Himpunan Petani Pemakai Air ( HIPPA ) dan Gabungan Kelompok Tani ( Gapoktan ) kecamatan Garum, Gandusari, Talun dan Kanigoro menjawab pertanyaan wartawan mengungkapkan, dengan kesulitan memperoleh air untuk memenuhi kebutuhan lahan pertanian di wilayah 4 kecamatan pada saat musim kemarau, para petani mengambil langsung dari sumbernya.P ara petani melakukan kesepakatan mengatur irigasi dengan menggilir pendistribusian air ke lahan – lahan pertanian secara bergantian, yang mana para petani tergabung dalam koalisi HIPPA & Gapoktan, mempunyai inisiatif pada saat buka gilir menggelar acara tasyakuran dengan tradisi metri kirim dawuhan, yang diharapkan bisa diagendakan dalam setiap tahunnya.

Dihadapan wartawan yang mewancarainya, Supriono mewakili para petani koalisi HIPPA & Gapoktan Garum, Gandusari, Talun dan Kanigoro, mengeluhkan kualitas air yang digunakan untuk kebutuhan pertanian pada saat ini telah terkontaminasi, dimana air telah bercampur dengan lumpur, akibat dari masifnya penambangan pasir.

“Insya Allah acara ini dijadikan momen rutin setiap tahun, semoga bisa lancar dibuatkan menjadi agenda. Acara buka gilir dimaksud pada musim kemarau air sulit, jadi harus mengambil dari sumbernya sini untuk mengaliri ke empat kecamatan. Makanya kita sepakat buka gilir mengadakan tasyakuran ke hulunya. Cuma akhir – akhir ini ada kendala terkontaminasi air dengan lumpur, dan mudah – mudahan pemerintah memperhatikan. Jujur saja petani sangat terganggu adanya air bercampur dengan lumpur limbah dari penggalian tambang. Tambangnya ber ijin, makanya mohon pihak yang memberi ijin tolong untuk dikaji ulang perijinannya, melihat dampaknya parah ke petani,” ungkap Supriono.

Eksploitasi galian C yang di lakukan di hulu Kali Putih, dikemukakan Mujib SM akan berdampak serius terhadap debit air. Menurut ketua HKTI Kabupaten Blitar, penambangan yang dilakukan secara terus menerus dipastikan merubah fisik sungai menjadi lebih dalam dan lebar, sehingga dengan perubahan tersebut mengurangi kemampuan aliran air untuk tertampung dan menghambat pasokan air tanah. Penurunan dasar sungai menyebabkan muka air sungai menjadi lebih rendah, berakibat penurunan permukaan air tanah di sekitarnya yang memicu terjadinya krisis air.

Mujib SM juga ketua KTNA Kabupaten Blitar menandaskan, dampak dari penambangan yang dilakukan secara masif berakibat material lumpur dan partikel yang tersuspensi lainnya bercampur dengan air dan terbawa arus sungai.Dampaknya, air irigasi yang mengalir ke lahan pertanian menjadi keruh, sehingga merusak lahan pertanian yang memicu produktivitas tanaman terganggu dan sangat berpotensi terjadinya kegagalan ketahanan pangan.

“Saya diajak berdiskusi dengan saudara – saudara kita petani maupun tokoh petani empat kecamatan, yang mengeluhkan beberapa persoalan adanya debit air menurun, dan faktor – faktornya banyak dan menjadi bahan diskusi kita. Tapi yang sekarang ada dampak dari penambangan di hulu Kali Putih, selain debit air juga material dari eksploitasi galian C terbawa dalam sungai ini. Dan nyatanya ini mempengaruhi kesuburan tanah dan cara olah tanah. Tadinya tanah gembur mudah diolah tetapi sekarang keras, ini yang dirasakan oleh petani. Saya mengapresiasi acara yang mengundang kepala daerah juga OPD – OPD, dikandung maksud ada keluhan petani yang disampaikan kepada pemangku kebijakan agar ada solusi.Pemerintah diharapkan bisa memberi solusi, bisa menyelesaikan persoalan petani,” tandas Mujib SM.

“Acara ini sangat bagus, ada ritual budaya kegiatan metri dawuhan yang sudah dilakukan bertahun – tahun yang lalu.Selain itu juga seni budaya anak – anak dan adik – adik, yang mana ada pementasan seni, sebagai upaya untuk melestarikan budaya lokal, ini harapan kami,” imbuh anggota DPRD Kabupaten Blitar.(Ans).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *