Grebeg Pancasila: Dari Istana Gebang untuk Menjaga Warisan Bung Karno

Berita40 Dilihat

Blitar, JendelaDesa.com – Di Istana Gebang kota Blitar, Grebeg Pancasila lahir dari perjuangan para seniman Blitar bersama aktivis pecinta dan penyelamat ajaran Bung Karno pada awal tahun 2000, pasca jatuhnya pemerintahan Orde Baru. Grebeg Pancasila selanjutnya menjadi agenda ritual kebangsaan yang diselenggarakan setiap tahun di kota Blitar pada tanggal 1 Juni. Ungkapan sejarah disampaikan salah satu pencetus Grebeg Pancasila, Bagus Putu Parto, S.Sn, pada Diskusi Kelas Bung Karno ” Tri Sakti Bung Karno Berkepribadian Kebudayaan “, Jum’at (3/10) dengan menuturkan bahwasanya Istana Gebang telah menjadi saksi cikal bakal ditetapkan hari lahir Pancasila dan tanggal 1 Juni merupakan hari libur nasional.

Melanjutkan penuturannya, pada saat itu seniman dan budayawan Blitar bersama aktivis lainnya pada prosesi melahirkan Grebeg Pancasila, telah menguras pemikiran dan tenaga, menyita waktu serta biaya secara swadaya, hingga di masa walikota Blitar Djarot Saiful Hidayat, pemerintah kota Blitar memberikan dukungan untuk tetap terselenggaranya agenda tahunan Grebeg Pancasila.

Seiring perjalanan waktu pada tahun 2016, Presiden Joko Widodo telah menetapkan tanggal 1 Juni sebagai hari lahir Pancasila, yang dituangkan dalam Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016. Dihadapan peserta diskusi, Bagus Putu Parto menegaskan momentum penetapan 1 Juni sebagai hari lahir Pancasila, walikota Blitar Samanhudi Anwar juga mempunyai andil yang besar.

Namun begitu dirinya merasa prihatin dengan marwah Istana Gebang pada saat ini yang lebih ditonjolkan sebagai destinasi wisata ketimbang nilai besar sejarah perjuangan, menurut pandangannya bahwa Bung Karno sebenarnya lebih besar dari kota Blitar. Menilik kembali 30 tahun yang lalu, di masa Orde Baru tekanan politik kekuasaan sangat kuat, sehingga siapapun yang melakukan kritik terhadap pemerintah, tuduhan anti pemerintah dipastikan bakal dijatuhkan, dan Istana Gebang merupakan rumah bersama tempat berkumpulnya oposan para aktivis dan seniman.

Digelar di Gedung Kesenian Istana Gebang, selain narasumber Bagus Putu Parto, S.Sn yang menyampaikan ” Trisakti Bung Karno: Aktualisasi Berkepribadian Dalam Berkebudayaan ” sedangkan Andhika Yudha Narotama, Amd.Par memberikan pemaparan ” Trisakti Bung Karno Berkepribadian Dalam Kebudayaan : Masa Lalu Dan Masa Sekarang Dalam Konteks Teoritis “, sementara moderator Mahadma Yoga memandu jalannya diskusi. Selain puluhan siswa dan kepala sekolah kelas Bung Karno Joko Pramono, S.Pd, pada diskusi kelas Bung Karno, dalam diskusi hadir M.Taufik, Endang Kalimasada, Rangga Bisma Aditya, Yanu Indriyantoro serta tokoh – tokoh nasionalis Blitar lainnya.

Berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, hingga terciptanya Indonesia yang kuat dan mandiri, merupakan gagasan Ir Soekarno yang dikenal dengan Tri Sakti, dipaparkan Andhika Yudha Narotama, Amd.Par.Dalam memaparkan gagasan Bung Karno tentang berkepribadian dalam budaya, Andhika Yudha mengutip kalimat Bung Karno kalau menjadi orang Islam jangan menjadi orang Arab, kalau menjadi Hindu jangan menjadi orang India, dan kalau menjadi orang Kristen jangan jadi orang romawi, tetaplah menjadi orang nusantara.

Pada waktu dan tempat yang sama, Yanu Indriyantoro,SH mengemukakan ajaran Ir Soekarno atau Bung Karno, sangat ideal menjadi dasar pemikiran bangsa Indonesia pada saat ini maupun kedepannya.Yanu Indriyantoro menandaskan, kegiatan diskusi kelas Bung Karno mempunyai orientasi menarik kembali generasi muda untuk tidak melupakan sejarah dan memahami nilai perjuangan besar Ir Soekarno untuk bangsa Indonesia.

“Kegiatan ini untuk mengembalikan ajaran – ajaran adiluhung terhadap kondisi generasi muda yang sudah mulai melupakan, tidak mau membaca, tidak mau mengerti, yang akhirnya tidak mengerti sejarah seperti saat ini. Karena itu kita berharap dengan berdirinya klas Bung Karno, generasi muda saat ini memahami apa yang diajarkan oleh Bung Karno. Ada lagi, kita mempunyai program atau rencana kegiatan malam 13 an, yang mana kumpulan para sesepuh atau senior untuk membahas kembali format kedepan, nilai atau platform yang sudah diajarkan oleh Bung Karno,” tandas Yanu Indriyantoro,SH Kepala Bidang Olah Raga Dinas Pemudan dan Olah Raga Kota Blitar kepada Harian Forum.com (Ans).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *