Blitar, JendelaDesa.com – Selain ideologi, sosial budaya, ekologi dan iklim, teknologi digital, dan kepemerintahan, ekonomi merupakan pilar penting bagi ketahanan nasional, yang mana salah satunya urusan pangan stabilitasnya harus tetap terjaga.Negara telah menempatkan kedaulatan pangan menjadi program strategis nasional dengan berdaya upaya untuk memastikan tidak hanya sebatas tersedianya dan keberlanjutan, akan tetapi seluruh masyarakat bisa menjangkau kebutuhan pangan atau kemandirian pangan.Dalam diskusi yang digelar di Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya ( P4S ) Ngudi Makmur Gogodeso, kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar, Minggu (9/11), Susanto mengungkapkan untuk keberlanjutan kemandirian pangan, meningkatkan hasil pertanian,
diversifikasi pangan, penguatan industri pangan lokal dan infrastruktur serta tata kelola pangan, semestinya dilakukan.
Ketua P4S Joglo Nganjuk yang memperoleh ” Lencana Satya Inovasi Desa ” kategori teknologi tepat guna dari Kementrian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi menambahkan penjelasannya bahwasanya koperasi desa merah putih, menurut pandangannya merupakan institusi ekonomi sangat penting di pedesaan untuk mendukung seluruh rangkaian kegiatan pertanian, mulai dari penyediaan input juga modal hingga pemasaran serta distribusi, dengan prinsip semuanya dari dan untuk masyarakat desa.
” idealnya koperasi desa memang wadahnya petani, yang mengakomodir para anggotanya untuk mengawal SOP ( Prosedur Operasional Standar.pen )
tentang budidaya, agar daatnya transfer tehnologi lebih cepat.Maka pengurus kopdes harus mempunyai pengetahuan, keahlian, kemampuan, dan pengalaman atau istilah lain mempunyai kompetensi.Jadi koperasi mempunyai bidang yang berurusan dengan pertanian terutama pangan, pengurusnya wajib memahami pengetahuan tentang pengelolaan air, ilmu tentang tanah, pengendalian hama penyakit, mandiri benih dan masih ada yang lainnya, ini kalau mau koperasinya berjalan sesuai program ” jelasnya.
” dalam pengisian pengurus bukan didasarkan suka dan tidak suka atau adanya kepentingan personal maupun kelompok apalagi politis.Akan tetapi diperlukan pengurus yang berbasis kompetensi dan mempunyai visi kedepan.Metode pelaksanaan kopdes dengan program pangan misalnya, harus terbentuk kolaborasi antara ilmu koperasi sebagai manajerial dengan ilmu pengetahuan tentang pertanian beserta teknologinya, dan P4S melahirkan metodologi itu.” tambah penerima penghargaan Gubernur Jawa Timur atas inovasi lean farming komoditas bawang merah berbasis perdesaan menuju manajemen kawasan pada tahun 2022.
Ditanya potensi budi daya bawang merah di kabupaten Blitar, penemu light trap sebuah alat pengendali hama yang ramah lingkungan, dengan metode perangkap hama serangga dengan memanfaatkan cahaya sebagai daya tarik dan menjebak serangga yang beraktivitas pada malam hari, ditandaskan pembudidayaan bawang merah di kabupaten Blitar memiliki prospek yang menguntungkan.
Dalam mengembangkan inovasi teknologi untuk pertanian, Susanto yang juga menciptakan alat pembakar rumput, sumur injeksi, serta budidaya bawang merah dan lele hingga inovasi yang lainnya, dirinya menuturkan dengan melihat kabupaten Blitar mempunyai iklim dan letak geografis, pembudidayaan bawang merah, dalam pembiayaan dengan analisanya diprediksi lebih ekonomis.
” Blitar dengan Nganjuk secara iklim sama, yaitu tropis adanya musim kemarau dan musim hujan.Namun untuk kontur tanah di Blitar wilayah utara mempunyai jenis berpasir, sedangkan tanah endapan bebatuan berkapur berada di selatan. Jadi di Blitar pembudidayaan bawang merah bisa dilakukan lebih dari satu metode, dengan mengambil cara penyiapannya yang lebih cepat, sehingga efisien, praktis dan ekonomis.Namun sebelumnya terlebih dahulu memahami lean farming, digunakan sebagai panduan petani dari hulu sampai ke hilir.” tutur ketua Gerakan Petani Nusantara ( GPN ) Nganjuk.
” budidaya bawang merah di hamparan atau lahan, untuk mengurangi ketergantungan penggunaan pestisida kimia, perlunya menggunakan light trap, yang tidak hanya menjaga kesehatan tanah, akan tetapi, membantu petani mengetahui keberadaan dan jumlah populasi hama yang ada di lahan.Selain itu mengurangi biaya, serta menghasilkan produk yang lebih sehat.Penggunaan light trap, satu kebijakan ekonomi hijau, dalam menghadapi perubahan serta tantangan zaman.Berhasil atau tidaknya, melihat sejauh mana terbangun sinergitas pemerintah, koorporasi dan petani ” pungkasnya.(Ans).
