
Nganjuk, JendelaDesa.com — Sebuah mushola unik berdiri di tengah area persawahan Desa Sambirejo, Kecamatan Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk. Mushola yang dikenal sebagai Mushola Terapung atau mushola di atas air ini dibangun dengan ukuran 6 x 10 meter dan menjadi mushola terapung pertama di Kabupaten Nganjuk.
Mushola tersebut bermula dari niat wakaf Alwi Musthofa, pemilik lahan rawa yang awalnya berencana menjadikan tanah tersebut sebagai lahan pertanian. Namun karena kondisi tanah yang berupa rawa dan sulit diolah, Alwi memutuskan untuk mewakafkan lahan itu demi kepentingan ibadah dengan membangun mushola.
Melihat kondisi lahan yang selalu tergenang air, Alwi bersama pengurus akhirnya membangun mushola di atas air. Konsep ini tidak hanya menyesuaikan dengan kondisi alam, tetapi juga menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat.
Karena lokasinya berada di tengah persawahan dan relatif jauh dari permukiman warga, jumlah jamaah yang datang masih terbatas. Untuk memakmurkan mushola, pengurus kemudian memanfaatkan area sekitar dengan membuat kolam pemancingan. Langkah ini diharapkan dapat memudahkan para pemancing untuk tetap menjalankan ibadah saat berada di lokasi.
Selain itu, pengurus mushola juga mulai membangun pondok serta mengadakan kegiatan pengajian rutin sebagai upaya meningkatkan aktivitas keagamaan di kawasan tersebut. Ke depan, Alwi Musthofa selaku pengelola mushola berencana memperluas pembangunan pondok, dengan seluruh bangunan tetap mengusung konsep berada di atas air.
Rencana pengembangan tersebut didukung dengan ketersediaan lahan rawa seluas sekitar 3.000 meter persegi yang telah diwakafkan. Meski demikian, akses jalan menuju mushola masih menjadi kendala utama. Jalan tanah liat yang belum pernah tersentuh pembangunan menjadi licin dan becek saat musim hujan, sehingga menyulitkan jamaah maupun pengunjung yang hendak menuju lokasi.
