Blitar, HarianForum.com- Menjawab pertanyaan Harian Forum.com, tentang figur dalam penyelenggaraan pemerintahan yang ideal dan bisa diterima oleh masyarakat secara luas dari berbagai kalangan, Prof. Dr. H.Mohammad Zainuddin, M.Pd memberikan pandangannya dari sudut pandang pendidikan, bahwasanya pemimpin dapatnya memegang empat pilar pendidikan untuk belajar mengetahui, belajar untuk melakukan, belajar untuk hidup bersama, dan belajar untuk menjadi. Disampaikan, empat pilar pendidikan learning to know, learning to do, learning to live together dan learning to be, dicanangkan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization ( UNESCO ), diimplementasikan tidak hanya sebatas untuk pendidik atau akademisi, akan tetapi juga di semua elemen masyarakat baik di kalangan birokrat, partai politik, organisasi agama, organisasi kemasyarakatan maupun masyarakat umum.
Ditemui di kantor rektorat Universitas Madani Indonesia Jl Masjid No. 37A kota Blitar, Profesor Zaenudin menyampaikan, menyikapi suasana dan dinamisasi politik pemerintahan pada saat ini tidak terkecuali di Blitar, dengan menuturkan pada saat di ruang baru, lembaga baru, tempat yang baru harus learning to know atau belajar dari tidak tahu menjadi tahu, menurut pemikiran Profesor Zaenudin bahwa manusia tidak ada yang sempurna.
Wakil walikota Blitar tahun 2000-2005 memberikan penjelasan learning to know, bahwasanya semua orang harus belajar untuk pintar karena pintar sangat dibolehkan, namun tidak perlu keminter atau merasa paling pintar. Untuk belajar dari tidak tahu menjadi tahu atau learning to know, harus menggunakan teori humanisme artinya memanusiakan manusia dengan menandaskan semua manusia mempunyai kemampuan yang berbeda beda dan perihal tersebut harus dihormati, dengan memberi gambaran bahwa anak kecil juga mempunyai potensi.Bukan botol kosong, yang mana suara dari kalangan apa dan dari mana saja harus didengar serta dihargai. Belajar dari sesuatu yang kecil, merupakan bentuk kehati-hatian dalam melangkah.
“Kemudian learing to do, belajar melakukan, belajar melaksanakan tugas-tugas yang telah disepakati. Kalau di pemerintahan ada legislatif dan eksekutif ini mitra, untuk siapa ya untuk masyarakat. Kita ini kalau sudah dipilih menjadi walikota, ya wali kotanya masyarakat, bukan wali kotanya kelompok tertentu. Begitu juga dengan DPRD ya DPRD masyarakat, tinggalkan ego dan kita harus bersatu padu. Kalau ini tidak bekerja sama, bagaimana nasib masyarakat,” jelas Rektor Universitas Madani Indonesia (UMINA ) Blitar.(23/5).
Melanjutkan pemaparannya, setelah belajar melakukan atau learning to do, dilanjutkan dengan learning to live together. Guru Besar Universitas Negeri Malang menerangkan, learning to live together merupakan belajar bekerja sama dengan siapapun. Dalam pandangannya, manusia itu terbatas tidak mungkin hidup sendirian, dengan menegaskan setelah learning to do atau belajar melakukan apa yang diinginkan masyarakat, kemudian learning to live together, belajar bekerja sama, yang mana seseorang harus menghilangkan egoisme dan jangan merasa paling.
“Setelah learning to live together kita kemudian learning to be, belajar menjadi mandiri, bagaimana kita bisa mencukupi diri sendiri. Jangan terlalu ketergantungan dengan pihak lain. Bahkan dalam pendidikan, ruhnya mendidik itu kalau anak bisa mandiri. Sedangkan mandiri akan bisa, manakala learning to be. Mulai learning to know belajar tahu, learning to do melakukan kegiatan bersama, learning to live together belajar bekerja sama, hingga learning to be itu langkah – langkah dalam menyatukan supaya kegiatan menjadi baik. Kalau sudah baik, tidak ada yang dipersoalkan lagi,” pungkas Prof. Dr. H.Mohammad Zainuddin, M.Pd.(Ans).