Penguatan SDM Dinilai Kunci Sukses Urban Farming di Kota Blitar

Berita86 Dilihat

Blitar, JendelaDesa.com – Pendapat koordinator Gerakan Petani Nusantara (GPN) Blitar Raya Choirul Anam pada Harian Forum.com (22/8) menanggapi nota kesepakatan yang dilakukan pemerintah DKI Jakarta dengan pemerintah kota Blitar yang akan memasok produk lokal pertanian, peternakan dan perikanan.Namun melihat potensi pendukung yang ada, sangat tidak memungkinkan produk lokal kota Blitar didistribusikan secara kontiunitas, hingga menurutnya program pemberdayaan masyarakat yang menguatkan sumber daya manusia (SDM) dalam upaya meningkatkan kreativitas warga di tingkat Rukun Tetangga (RT) menjadi satu solusi dukungan.

Terbatasnya lahan, minimnya tenaga kerja terampil serta tidak adanya minat kalangan muda terhadap sektor pertanian, ketua Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Ngudi Makmur desa Gogodeso, kecamatan Kanigoro, kabupaten Blitar, menyampaikan sangat perlunya penguatan sumber daya manusia untuk mengembangkan pertanian perkotaan (urban farming) dilakukan di kota Blitar.Choirul menandaskan, upaya penguatan sumber daya manusia untuk membangun pertanian perkotaan merupakan bentuk komitmen pemerintah kota Blitar sebagai dukungan tidak hanya terhadap ketahanan pangan lokal yang bisa memenuhi kebutuhan \ hidup masyarakat berkualitas dan mandiri, namun juga terciptanya peluang ekonomi serta kesadaran terhadap lingkungan yang keberlanjutan.

Pandangan Choirul Anam koordinator Gerakan Petani Nusantara (GPN) Blitar Raya, disepakati Ganjar Asmorotanto wakil ketua bidang litbang dan pelatihan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) kota Blitar dengan menambahkan, perubahan cara berfikir terhadap pelaksanaan program pengembangan sumber daya manusia salah satunya melalui program RT SAE, sudah seharusnya dilakukan sesuai kebutuhan dan aspirasi masyarakat dengan keterlibatan partisipasi secara aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga pengawasan.

“Biasanya RT lebih menyukai program dengan pelatihan – pelatihan, karena mudah dalam pertanggung jawabannya.Tapi sering kali impact atau konsekuensinya kurang mengena atau bisa dikatakan tidak tepat sasaran dan tidak ada keberlanjutannya.Kalau program RT SAE dilakukan pelatihan pertanian itu bagus, apalagi jika digabungkan dengan adanya bantuan sarana produksi, tentunya akan lebih bagus.” jelasnya (25/8).

Ahli pertanian berdomisili di kelurahan Sananwetan, kecamatan Sananwetan, kota Blitar mengemukakan, idealnya tanaman yang mempunyai nilai ekonomi di perkotaan, salah satunya tanaman kelapa genjah.Diterangkan Ganjar, varietas kelapa yang memiliki postur pohon pendek dan lebih cepat berbuah dalam 3-4 tahun, menurutnya tepat ditanam pada pekarangan rumah di perkotaan yang lahannya terbatas.Kelapa genjah, tidak hanya mempunyai nilai jual yang tinggi, akan tetapi mampu menjadikan pekarangan rumah perkotaan menjadi ruang terbuka hijau.

“Salah satunya pengadaan bibit kelapa genjah, meskipun masih ada tanaman ideal untuk urban farming seperti pisang mas, pepaya dan lada perdu.Mengenai pertimbangan-pertimbanganya, tanaman tersebut berbuah sepanjang tahun, cocok untuk mendukung ketahanan pangan keluarga. Selain itu, minim perawatan dan tahan naungan, mudah diperbanyak sendiri untuk mendukung keberlanjutan program. Untuk pengembangannya jumlah tanaman menyesuaikan ketersediaan lahan dan atau kondisi ekonomi keluarga. Bagi keluarga menengah ke bawah diberi jatah yang lebih banyak, sementara bagi keluarga yang kurang mampu atau dengan lahan yang sangat terbatas diberikan fasilitas lahan, bisa bengkok atau juga aset pemerintah daerah, atau mungkin menggunakan lahan fasilitas umum atau tepi jalan umum yang dilengkapi identitas kepala keluarga. Prioritasnya, hasil panen dikonsumsi sendiri, namun jika lebih boleh dijual yang dikoordinir oleh bagian marketing setingkat RT, RW atau kelurahan, disesuaikan volume hasil panen,” Ganjar Asmorotanto.( Ans).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *