Blitar Hadapi Masalah Sampah: Pemerintah dan Masyarakat Bersatu Menjaga Lingkungan

Berita, Pemerintahan148 Dilihat

Blitar, JendelaDesa.com- Disamping belum bisanya pemerintah di daerah mengelola sampah secara optimal serta lemahnya kesadaran masyarakat terhadap sampah yang tidak terkendali, menjadi faktor sulitnya penyelesaian persoalan sampah di perkotaan. Tidak terkendalinya sampah, diakibatkan pertumbuhan penduduk serta meningkatnya konsumsi masyarakat, tanpa ada sistem pengelolaan yang tepat, berpotensi menimbulkan dampak tidak baik untuk lingkungan.

Bila dibiarkan, terutama timbunan sampah anorganik yang tidak mudah diuraikan oleh mikroorganisme tanah dengan kurun waktu yang lama, dikarenakan tidak ada langkah serta tindakan penanggulangan, selain menyebabkan turunnya kualitas tanah juga mengurangi keindahan lingkungan dan sangat berpengaruh terhadap investor di daerah, yang mana daya tarik maupun daya jual daerah akan semakin terdegradasi, hingga berpotensi terjadinya banjir.

Sampah di daerah-daerah terutama di perkotaan seakan tidak pernah berhenti menjadi persoalan, salah satunya di kota Blitar. Permasalahan kebiasaan karena dampaknya mengenai berbagai sisi kehidupan, menjadi perhatian bagi wakil walikota Blitar Elim Tyu Samba pada saat ini terus mengupayakan langkah – langkah penanganan secara serius. Untuk mengatasi problem sampah, Elim mengutarakan pendapatnya, masyarakat harus mencintai lingkungan diawali dengan kemampuan memahami serta evaluasi diri.

Ditemui HarianForum.com, selesai mengikuti kegiatan pembersihan sampah di embung dan sungai area sumber air Karplos bersama penggiat lingkungan Jogo Tirto, diikuti camat Sananwetan, lurah Karangtengah dan lurah Plosokerep, Elim Tyu Samba juga mengungkapkan harus ada keberlanjutan dan keterkaitan antara masyarakat, pemerintah dan elemen masyarakat dengan menegaskan harus terus tumbuhnya kesadaran untuk tidak membuang sampah di sembarang tempat.

“Alhamdulillah sore hari ini saya diberi kesempatan mengunjungi rekan-rekan yang membersihkan disini, dan hari ini mengikuti kerja bakti ternyata dibawah banyak sampah. Disini kendalanya alat berat susah masuk kesini, jadi kita bersama masyarakat membersihkan bersama-sama. Kedepannya mungkin lebih sering diadakan kegiatan seperti ini, jadi kita bisa mensupport dan pemerintah juga bisa mensupport. Hari ini secara pribadi saya mensupport kegiatan untuk kebaikan untuk kota Blitar,” ungkapnya pada Minggu (1/6).

“Harapan saya jangan membuang sampah di sungai, dan kita harus mencintai lingkungan yang diawali dengan kesadaran dari diri masing – masing.Jadi harus ada kesinambungan antara warga, pemerintah dan kelompok-kelompok. Dari warga harus ada kesadaran tidak membuang sampah di sembarang tempat. Pemerintah juga ada suport, untuk sampah yang terlanjur di sungai kita bersihkan. Kita fasilitasi untuk alat-alatnya dan dari kelompok-kelompok mungkin ada inisiatif seperti kegiatan hari ini melakukan kerja bakti, itu bagus sekali untuk lingkungan kita. Insya Allah hal ini menjadi budaya, dan saya yakin kota Blitar semakin baik,” tambah Elim Tyu Samba, membersihkan sampah di sumber air area Karplos, turun langsung memungut sampah di dasar embung yang bercampur dengan lumpur, diikuti camat Sananwetan, lurah Karangtengah dan lurah Plosokerep.

Tingginya pembiayaan sistem pengelolaan sampah untuk operasional pengelolaan sampah yang berkelanjutan, merupakan tantangan besar pemerintah. Namun, fenomena persoalan sampah dan isu lingkungan menarik bagi Hilda, generasi Z secara kebetulan bersama temannya melihat kegiatan membersihkan sampah di area sumber air yang saat ini menjadi destinasi wisata ruang terbuka hijau. Siswa salah satu sekolah menengah umum di kota Blitar ditanya tentang sampah yang menjadi permasalahan, dengan wawasannya yang cukup luas disampaikan bahwasanya harus ada kesadaran dari masing-masing individu bagaimana mengelola sampah. Selain itu, Hilda menandaskan dapatnya mengolah kembali limbah produk menjadi produk yang mempunyai nilai manfaat.

“Harus ada kesadaran masing – masing, jadi sampah dibuang di tempatnya. Disini perlunya diterapkan tiga R yaitu reduce, reuse, recycle. Dan sampah bisa didaur ulang menjadi sesuatu yang lebih berharga dan bernilai, itu salah satu untuk mengurangi penumpukan sampah. Ya mungkin nanti bisa digalakkan kegiatan kerja bakti secara rutin untuk membersihkan sampah, itu menurut saya,” tandas Hilda.(Ans).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *