HKTI Jatim Resmi Dilantik, Siap Advokasi Petani dan Wujudkan Kedaulatan Pangan

Berita601 Dilihat

Surabaya, JendelaDesa.com – Diharapkan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia ( HKTI ) mempunyai kontribusi dan bisa bersinergi dengan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, untuk keberhasilan program ketahanan pangan dan kemandirian pangan yang menjadi bagian dari Astacita Prabowo Subianto. HKTI juga diharapkan menjadi lembaga yang bisa memberikan advokasi atau mendampingi para petani, sehingga HKTI mampu menjadi wadah yang melindungi dan memberdayakan petani, diungkapkan Mujib SM seusai paripurnanya rangkaian acara pelantikan 38 pengurus DPC Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) se Jawa Timur periode 2025 – 2030, Kamis ( 24/7).

“Membangun pertanian yang harus dilindungi itu budidaya, sarana prasarana, dan juga terkait persoalan harga untuk hasil produksi, itu harus dilindungi.Perlindungan budidaya salah satunya menjaga kawasan pertanian berkelanjutan.Kita bisa melihat pada saat ini, banyak lahan – lahan yang memiliki potensi tinggi untuk menghasilkan panen yang optimal atau lahan produktif, telah beralih fungsi menjadi bangunan pemukiman atau infrastruktur lainnya.

Maka diharapkan HKTI nantinya melakukan advokasi, bisa membela kepentingan masyarakat.” ungkap Mujib SM sembari menyampaikan pelantikan pengurus organisasi petani tingkat kabupaten dan kota, dipimpin langsung ketua DPD HKTI Jatim Arum Sabil.

Ditanya persoalan – persoalan terkait dengan pertanian di kabupaten Blitar, ketua DPC HKTI kabupaten Blitar menuturkan banyak persoalan pertanian yang belum terselesaikan dengan baik.Mujib memberikan penjelasan, salah satunya yang dirasakan oleh para petani masalah kebutuhan pupuk baik persoalan tepat waktu maupun tepat volume, yang mana sering kali pupuk datangnya tidak tepat waktu.Melihat kondisi yang dirasakan, politisi partai Gerindra kabupaten Blitar menekankan sangat perlunya regulasi menyakut masalah pupuk perlu dilakukan perubahan.

“Saya sependapat ketika pemerintah menerapkan birokrasi pendistribusian kepada petani harus dipangkas, dari pabrik langsung ke kelompok tani. Tapi terapan tersebut saat ini masih sebatas rumusan yang diwacanakan oleh pemerintah, sedangkan untuk implementasinya belum pasti seperti apa. Selain pupuk, persoalan perlindungan intelektual petani harus mendapat perhatian yang serius. Banyak petani muda yang mempunyai pengetahuan dan inovasi, membuat pupuk organik bahannya bakunya diperoleh dari alam sekitar.

Persoalannya, disaat ada petani muda mempunyai inovasi namun perlindungan tidak ada.Ketika hasil inovasi sudah menjadi produk yang seharusnya bisa diterima karena menghasilkan produk tanaman yang lebih baik, namun sayangnya terkendala dengan persoalan ijin dan lainnya,” jelasnya.

“Maksud saya kalau kita ingin maju, hal ini dipermudah. Pupuk dari alam, menghasilkan produk pertanian yang baik serta sehat, dan ini kita konsumsi. Dampaknya bukan hanya terhadap usaha anak – anak muda yang bisa membuat pupuk, akan tetapi dampak pupuk organik itu akan mengurangi beban subsidi negara, terkait pupuk kimia.Hasil produksinya itu masuk kategori sehat untuk dikonsumsi dan ramah lingkungan. HKTI menjadi perintis dalam edukasi dan mengedukasi untuk para petani.” tuturnya.

Ditambahkan, bahwasanya kedepan semakin sulitnya melahirkan petani muda menjadi persoalan yang krusial. Anggota legislatif menyampaikan pendapatnya, bahwa pada saat ini minat anak muda untuk menekuni sektor pertanian terus menurun dan dipastikan membawa dampak serius bagi ketahanan pangan dan ekonomi. Bagi Mujib MS, ketahanan pangan sangat penting dalam pandangan sisi pertahanan nasional, dengan mengemukakan pangan merupakan komponen dasar pendukung terbangunnya stabilitas dan keamanan negara.

“Kalau bicara perang tidak hanya perang senjata, tetapi ada perang dagang termasuk perang dengan kepentingan terhadap bahan – bahan pokok. Bagaimana suatu negara tidak mempunyai kemampuan untuk produksi bahan pangan, itu berbahaya. Sepanjang peradapan dan kehidupan masih ada, urusan pertanian pangan tidak boleh mati.Sampai saat ini saya belum mendengar ada tehnologi menggatikan nutrisi yang kita konsumsi terbuat dari mesin.” pungkas Mujib SM.(Ans).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *