Mbah Jirah, Saksi Hidup Perjuangan Jenderal Sudirman Saat Perang Gerilya

Berita69 Dilihat

Nganjuk, JendelaDesa.com – Kisah perjuangan Panglima Besar Jenderal Sudirman dalam melawan Belanda turut menyisakan jejak sejarah di Kabupaten Nganjuk. Salah satunya ketika beliau melakukan perjalanan gerilya dan singgah di rumah Mbah Jirah, warga Desa Bajulan, Kecamatan Loceret, yang kala itu masih berusia sekitar 20 tahun.

Dalam catatan sejarah, Jenderal Sudirman hendak menyusun strategi untuk menyerbu Pabrik Gula Jati di wilayah Loceret. Untuk itu, ia dan pasukannya sempat bermalam di kediaman Mbah Jirah. Rumah sederhana tersebut kemudian digunakan sebagai tempat musyawarah, shalat, hingga berwudhu. Hingga kini, sejumlah peninggalan masih terjaga dan dirawat dengan baik.

Sebagai tuan rumah, Mbah Jirah melayani Jenderal Sudirman beserta pasukannya dengan penuh hormat. Setiap hari, ia menyiapkan makanan dan kebutuhan lain bagi tamu kehormatan yang tengah berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Direktur Lembaga Kajian Hukum dan Pemerintahan Indonesia (LKHPI), Wahyu Priyo Djatmiko, mengaku terketuk hatinya untuk memberikan penghormatan kepada Mbah Jirah. Menurutnya, peran kecil masyarakat dalam perjuangan kemerdekaan layak dikenang dan diapresiasi.

Kini, di usianya yang telah mencapai 105 tahun, Mbah Jirah sudah sulit diajak berkomunikasi. Meski demikian, kisah pengabdiannya bagi perjuangan Jenderal Sudirman menjadi bagian penting dari sejarah perjuangan bangsa di Kabupaten Nganjuk.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *